Pilkada DKI akan digelar pada februari 2017 mendatang. Sejak waktu pendaftaran suhu politik di ibukota mulai memanas. Strategisnya pilkada DKI untuk konstelasi politik nasional membuat partai-partai berlomba mengerahkan berbagai cara dan strategi untuk memenangkan Pilkada DKI. Kejutan demi kejutan lahir menjelang pemilihan gubernur DKI 2017 mendatang.
Dimulai dengan dicalonkan nya Ahok sang petahana melalui jalur partai yang sebelumnya diketahui sempat mengalami hubungan yang panas dengan partai politik, diterjunkanya Agus Harimurti Yudhoyono untuk bertarung di Pilkada DKI yang secara mengejutkan dunia perpolitikan nasional serta membelotnya Anies Baswedan dari kubu pendukung pemerintah menjadi calon Gubernur yang diusung partai oposisi pemerintah. Dari kejutan kejutan tersebut membuat suansana perpolitikan ibukota semakin panas, semakin menarik untuk diperhatikan oleh masyarakat Indonesia.
Ada opini yang menyebutkan bahwa pilkada DKI ini merupakan pertarungan 3 tokoh nasional, yakni: Megawati, SBY dan Prabowo. Memang strategisnya pilkada DKI membuat tokoh-tokoh politik nasional berlomba-lomba turun gunung mengerahkan strategi nya untuk memenangkan Pilkada DKI. Hari demi hari masyarakat Indonesia semakin dibuat penasaran dengan hasil pilkada DKI, oleh karena itu mari simak analisis dibawah ini, siapa sebenarnya yang berpotensi untuk memenangkan Pilkada DKI 2017 mendatang.
Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni
Banyak
kalangan yang menyebutkan bahwa pasangan ini merupakan pasangan yang
sangat ideal untuk memimpin Jakarta. Perpaduan antara militer dan
birokrat dipandang merupakan komposisi yang sangat pas untuk memimpin
Jakarta 5 Tahun mendatang. Turunnya Agus Yudhoyono dalam suasanya
kondisi perpolitikan Jakarta sangat mengejutkan dunia politik nasional.
Karena dari beberapa prediksi sebelum pemilihan tidak beredarnya nama
Agus dalam bursa calon gubernur DKI. Lahirnya Agus tentu menyulitkan
beberapa lawan politik untuk menjatuhkan beliau, karena dari background
masa lalu tentu sangat sulit ditemukan skandal atau hal yang bisa
dijadikan kartu as untuk menyerang agus karena selama ini Agus berkarir
dimiliter dengan pangkat terakhir adalah Mayor.
Agus
merupakan calon Gubernur DKI termuda dibandingkan dari calon-calon
lainnya. Kemampuannya memimpin dalam militer tentu tidak diragukan,
peraih Adhi Makayasa ini tidak perlu lagi diragukan kecerdasan
dan kemampuannya memimpin. Namun beberapa kalangan menilai bahwa sosok
Agus belum bisa untuk memimpin Jakarta disamping karena beliau belum
mempunyai pengalaman dalam dunia politik. Namun dukungan dari SBY sang
ayahnya sendiri merupakan suplemen yang sangat luar biasa bisa
memberikan dampak positif terhadap Agus.
Berpasangannya
dengan Sylviana murni merupakan kolaborasi yang pas, Sylviana yang
selama ini dikenal sebagai birokrat murni tentu yang sangat paham
birokrasi DKI tentu melengkapi dari kekurangan Agus. Slyviana muri
adalah seorang birokrat tulen yang cerdas sangat menguasai permasalahan
yang terjadi di DKI ini.
Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat
Basuki Tjahaja Purnama sang petahana yang tetap berpasangan dengan rekan duetnya Djarot Syaiful Hidayat dipercaya untuk maju kembali untuk mengikuti Pilkada DKI 2017 yang diusung oleh, PDIP, Golkar, Nasdem dan Hanura. Sebagai petahana tentu pasangan ini diunggulkan, mereka sudah mempunyai popularitas yang baik dimasyarakat, karena masyarakat sudah sangat mengenal sebelumnya. Namun tidak berarti walupun mereka sudah mempunyai kelebihan bakal berjalan dengan mulus memenangkan pilkada DKI 2017 mendatang. Banyak sekali kekurangan petahana yang bisa dijadikan senjata oleh lawan-lawan politik. Fenomena seorang Ahok pun perlu diakui dapat memberikan dampak potisitif dan negatif terhadap perolehan suara pasangan ini.
Ahok merupakan tokoh yang sangat kontroversial dalam dunia politik Indonesia. Kebijakan-kebijakannya kadang tidak bisa diterima oleh beberapa pihak. Selain itu sikap kepemimpinan nya yang cenderung seperti arogan membuat Ahok tidak disenangi oleh beberapa kalangan. Beberapa kasus korupsi yang hangat di ibukota kerap muncul dugaan bahwa Ahok akan tersangkut namu hal tersebut terbantahkan seperti ada invisible hand yang melindungi sodara Ahok. Hal hal seperti ini yang kerap memberikan citra negatif terhadap pasangan ini, yang terlihat seperti pemimpin untuk kalangan atas saja, karena banyak kebijakan selama memimpin DKI terkesan tidak pro wong cilik.
Terakhir publik nasional dikejutkan dengan ucapan Ahok dalam sambutan kunjungan kerjanya di Kepulauan Seribu yang mengandung unsur penistaan terhadap agama yang tentu ini sangat menyinggung terhadap umat Islam di Indonesia. Umat Islam di Indonesia merespon sangat luar biasa terhadap kasus ini. Terdapat 14 laporan polisi serta terjadin unjuk rasa masal dibeberapa tempat menuntut diadilinya sodara Ahok karena dianggap telah menghina Al-Qur'an. Sampai-sampai pada 4 November 2017 terjadi aksi yang luar bisa, diperkirakan aksi tersebut merupakan aksi terbesar sepanjang sejarah Indonesia karena lebih dari 2 juta orang berkumpul di Jakarta berdemonstrasi di depan Istana Negara menuntut ditangkapnya sodara Ahok.
Kasus ini tentu sangat menggerus elektabilitas dari sodara Ahok, bahkan dari hasil survey LSI yang tervaru yang menyebutkan elektabiltas pasangan ini kurang dari 11 persen.
Kasus penistaan sodara Ahok ini cukup merepotkan Presiden Republik Indonesia, karena situasi rakyat sangat marah terhadap kejadian ini, membuat perpecahan terjadi dikhawatirkan kejadian 1998 terulang kembali. Atas dasar tuntutan rakyat, polisi diberikan waktu 2 minggu untuk mengusut secara tuntas kasus Ahok ini. Dan pada saat ini Ahok telah ditetapkan menjadi seorang tersangka. Staatus tersangka tentu memberikan dampak yang lagi lagi cukup dahsyat terhadap pasangan ini. Karena mereka harus berjuang menyakinkan masyarakat untuk memilih pasangan ini, yang akhir-akhir ini tren elektabilitas pasangan ini terus menurun, bahkan diperkirakan sangat mustahil untuk memenangkan Pilkada dengan satu putaran.
Anies Baswedan dan Sandiaga Uno
Anies Baswedan dan Saniaga Uno ini merupakan pasangan yang diusung oleh Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera. Pasangan ini lahir pada saat last minutes sebelum pendaftaran cagub dan cawagub DKI ditutup. Sebelumnya partai Gerindra dan PKS telah mendeklarasikan Sandi dan Mardani Ali Sera untuk posisi Cagub dan Cawagub tapi entah mengapa mungkin terjadi dinamika sehingga membuat pasangan tersebut urung untuk didaftarkan malah muncul nama baru yakni sodara Anies Baswedan.
Merpatnya Anies Baswedan ke kubu Prabowo tentu mengejutkan beberapa pihak, mengingat pada waktu Pilpres 2014 kemarin Anies merupakan sosok sentral yang berhasil mengantarakan Jokowi menduduki kursi Presiden Republik Indonesia, dan pada masa kampanye kerap meberikan sindiran sindiran yang cukup pedas terhadap lawan politik yakni Prabowo Subianto. Namun tidak ada yang abadi dalam politik, sekarang Anies berada dalam lingkungan oposisi pemerintah, beliau diusung oleh partai partai oposisi dari pemerintah.
Anies baswedan merupakan tokoh nasional yang seperti dari antitesis Ahok, beliau yang cukup santun tentu merupakan kelebihan yang bisa dijadikan senjata untuk menggusur sang petahana. Tokoh yang terkenal dengan gerakan Indonesia Mengajar dan Turun Tangan nya membuat kapabilitas Anies tidak diragukan lagi dalam kepemimpinannya. Sempat menjadi bagian dari eksekutif menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayan yang walaupun harus diberhentikan oleh Jokowi tentu menjadi nilai positif untuk pasangan ini. Walaupun banyak pihak tetap meragukan Anies untuk memimpin Jakarta dengan kelembutannya karena ada opini jakarta ini keras perlu pemimpin yang keras untuk memimpin Jakarta. Namun ketegasan bukan berarti identik dengan keras, ketegasan itu bisa hadir dalam kelembutan.
Sandiaga Uno sang pasangannya merupakan penguasaha yang sukses, mempunyai intelektual yang sangat baik diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadap Jakarta. Kesuksesannya memimpin dan mengembangkan perusahaan-perusahaannya tentu merupakan bukti nyata dari Sandiaga Uno. Walaupun pada masa kampanye sebelumnya kerap terlibat perselisihan dengan sang petahana. Munculnya nama dari perusahaannya pada Panama papers kerap dijadikan senjata oleh lawan-lawan politiknya. Namun sepertinya isu panama papers tidak mampu bertahan lama untuk menjatuhkan pasangan ini. Malahan dari hasil survey LSI pasangan ini merupakan pemuncak klasemen survey elektabilitas dengan 31,9 persen yang tentu ini sangat menggembirakan bagi para pendukungnya.
Lalu siapa pemenangnya?
DKI merupakan miniatur Indonesia, hasil dari pilkada DKI bisa dijadikan gambaran untuk Pemilu 2019 mendatang. Maka dari itu DKI merupakan hal yang sangat penting bagi partai partai politik nasional. Walaupun hanya sekelas Pilkada namun suasanya seperti pertarungan pada pemilihan presiden, membuat tokoh tokoh politik nasional turun gunung.
Pada awalnya Pasangan Ahok-Djarot diprediksi akan memenangkan pertarungan ini berdasarkan dari survey-survey lektabilitas pada saat awal sebelum munculnya pasangan pasangan penantang petahana didukung dengan dukungan partai pemenang pemilu 2014 yang berhasil mengantarkan Jokowi duduk di kursi Presiden Republik Indonesia. Namun hari demi hari tren dari pasangan ini terus menurun ketidak konsistenan Ahok kerap memicu kegaduhan merupakan hal yang membuat elektabilitas turun, apalagi terakhir kasus penistaan Agama cukup membuat kondisi negara ini memanas dan sudah pasti kebanyakan pemilih muslim dari pasangan ini membatalkan dukungannya ditambah sekarang Ahok telah ditetapkan menjadi seorang tersangka yang sudah pasti sangat sangat menggerus suara dari pasangan ini. Isu agama merupakan isu yang sangat sensitif. Jadi melihat dari kenyataan tersebut pasangan ini nampaknya sulit untuk sekedar bertahan pada putaran pertama pilkada DKI.
Turunnya Agus yang dibekingi oleh SBY diperkirakan mampu untuk memenangi Pilkada ini, walaupun sepertinya pasangan ini mesti head to head melawan pasangan Anies Sandi. Karena diprediksi pilkada akan berlangsung dua putaran dan akan ada satu pasangan terlempar pada putaran pertama. Pasangan Anies Sandi dan Agus Slyvi akan bersaing ketat memperebutkan posisi gubernur DKI. Diizinkannya Agus untuk turun dalam pertarungan gubernur DKI oleh SBY tentu dengan perhitungan yang sangat matang. Bisa kita lihat bagaimana ketika SBY menang pada saat Pilpres 2004, turun dengan elektabilitas rendah namun mampu memenangkan pertarungan. SBY merupakan jenderal yang sangat ahli dalam strategy, sangat pintar dalam menempatkan sesuatu. Posisi demokrat yang non blok diparlemen juga merupakan hasil dari kejeniusan seorang SBY.
Namun perkiraan ini bisa saja berubah melihat perkembangan dinamika politik DKI sampai hari pemilihan mendatang.