Dicalonkannya Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) oleh partai demokrasi Indonesia perjuangan sebagai calon gubernur DKI Jakarta, menimbulkan pro dan kontra terjadi di masyarakat. Banyak kalangan yang menyesalkan terhadap keputusan PDIP terkait Pilkada DKI Jakarta. PDIP yang notabene mengikrarkan diri sebagai partai wong cilik, seolah-olah sedang bertransformasi mengubah identitasnya sebagai partai wing cilik. Kenapa demikian? Telah kita ketahui bahwa Ahok ketika menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta kerap mengeluarkan kebijakan-kebijakan kontroversial yang tidak berpihak kepada rakyat miskin seperti penggusuran. Yang mana itu tentu tidak relevan dengan PDIP sebagai partai wong cilik.
Sebelum dipilihnya Ahok untuk dijagokan oleh partai demokrasi Perjuangan sempat terjadi dinamika yang cukup hangat antara Ahok dan Partai Politik. Ahok mengganggap bahwa partai politik sudah tidak relevan karena banyak terjadi keputusan-keputusan transaksional yang notabene tidak disukai oleh Ahok. Ahok memilih untuk maju di Pilgub DKI melalui independen dengan dukungan teman Ahok yang katanya telah mendapatkan dukungan KTP sebanyak 1 juta.
Kekeuhnya Ahok untuk maju independen membuat PDIP yang sebelumnya dekat Ahok kerap terlibat perselisihan perbedaan pendapat. Ahok yang menginginkan tetap berpasangan dengan Djarot tidak mendapatkan restu dari PDIP jika ia tetap maju melalui independen. Sebagai partai besar dan senior tidak mungkin PDIP menuruti keinginan Ahok yang notabene dia hanya seorang politisi biasa, walaupun dia memiliki popularitas yang tinggi di DKI.
Namun semua cerita itu telah berakhir, Ahok memutuskan untuk maju lewat partai politik setelah mendapatkan tambahan dukungan dari partai Golkar, yang sebelumnya telah mendapatkan dukungan Nasdem dan Hanura. Dengan keyakinannya maju melalui partai Ahok kerap merayu PDIP untuk mendukunganya. Dibebeberapa kesempatan Ahok kerap 'romantis' dengan ketum PDIP seolah-olah mengisyaratkan bahwa sang ketum mendukung Ahok walau belum diputuskan secara resmi melalui partai. Pada 20 September 2016 saat-saat last minute PDIP mengumumkan bahwa akan mengusung Ahok-Djarot pada pilkada mendatang.
Dengan keputusan PDIP untuk mengusung Ahok-Djarot pada Pilkada DKI mendatang, menjadi sebuah isu yang seksi terkait PDIP yang selalu mengklaim dirinya sebagai partai wong cilik. Ahok dikenal sebagi Gubernur DKI yang ditak pro sebagai partai wong cilik. Arogansi sikap ahok kerap membuat simpati masyarakat menurun terhadap sosok Ahok. Masyarakat menginginkan sosok pemimpin yang santun dan mempunyai kepemimpinan yang baik.
Akar rumput PDIP pun bergejolak dengan diputuskannya Ahok untuk diusung pada Pilkada DKI. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan seperti mengkhianati suara wong cilik, yang pada pemilu legislatif dan pilpres mempunyai peran besar untuk memenangkan PDIP dan Jokowi. Terlepas dari Pilkada DKI relevansi PDIP sebagai partai wong cilik juga sepertinya agak berubah, dipegangnya pucuk kekuasaan oleh PDIP tidak berarti kebijakannyapun berpihak kepada wong cilik. Naiknya harga BBM, melesetnya target tax amnesty itu mengisyaratkan bahwa PDIP sudah tidak relevan lagi disebut sebagai partai wong cilik.
Namun semua itu kembali lagi terhadap penilaian masyarakat, masih layakkah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan disebut sebagai partainya wong cilik?
Thursday, 22 September 2016
Masih relevankah PDI Perjuangan sebagai Partai 'Wong CIlik'?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment