ERGINESIA SHARING EVERYTHING, LEARN EVERYTHING

Keep with us to increase our knowledge and understanding.

VISIT US

Keep visit www.erginesia.blogspot.com

Wednesday 18 May 2016

Setya Novanto Terpilih Sebagai Ketua Umum Golkar: Keuntungan atau Kerugian?

Setya Novanto terpilih sebagai ketua umum partai Golongan Karya melalui MUNASLUB partai Golkar di Bali. Setya Novanto ditetapkan sebagai ketua umum terpilih partai Golkar setelah melalui proses pemilihan melalui sistem voting. Pada pemilihan kali ini, partai golkar menerapkan sistem pemilihan tertutup. Setelah sebelumnya menuai polemik yang cukup panjang antara melalui pemilihan tertutup atau terbuka. Pada proses pemilihan kali ini ada tujuh calon yang mengikuti pemilihan ketum golkar, namun dari hasil pemilihan pada putaran pertama suara didominasi oleh suara Setya Novanto dan Ade Komarudin. Suara Ade Komarudin cukup terpaut jauh dengan Setya novanto. Setelah hasil pemilihan ketua umum putaran pertama keluar, sebenarnya Setya Novanto belum bisa ditetapkan sebagai pemenang, karena setiap calon yang berhasil mengumpulkan suara lebih dari 30 persen, berhak untuk melaju ke putaran kedua. Setya Novanto dan Ade Komarudin lah yang berhak untuk melaju kepada pemilihan kedua, karena suara keduanya melebihi 30 persen.

Kendati Setya novanto dan Ade komarudin berhak untuk melaju kepada putaran kedua namun terjadi sebuah kejadian menarik. Yaitu calon lainnya Ade komarudin menyatakan mengundurkan diri dari proses pemilihan ketua umum Golkar, maka dari itu Setya Novanto secara otomatis ditetapkan sebagai ketua umum terpilih Partai Golkar periode 2016-2019. Cukup menarik dan mengejutkan untuk beberapa pihak terpilihnya Setya Novanto sebagai ketua umum Golkar periode 2016-2019. Ada beberapa fakta menarik didalam proses Munaslub partai Golkar, salah satunya adalah persaingan antara Jusuf Kalla dan Luhut Binsar Panjaitan.

Kedua tokoh tersebut merupakan sesepuh partai Golkar. Bagi beberapa pihak menilai kedua tokoh tersebut mempersiapkan untuk memenangkan calon yang disusungnya masing masing secara tidak langsung. Terjadi statement-statement yang dikeluarkan oleh Luhut Panjaitan terkait Presiden kurang setuju dengan Ketum Parpol yang rangkap jabatan. Pernyataan tersebut seolah oleh "menyerang" kubu Ade Komarudin yang seperti telah diketahui bahwa Ade sekarang menjabat sebagai Ketua DPR Republik Indonesia. Menariknya pernyataan dari Luhut itu dibantah oleh Jusuf Kalla, bahwa Presiden tidak kebertan dengan ketum rangkap jabatan. Sangat menarik persaingan yang cukup ketat dalam proses pemilihan ketua umum partai Golkar. Kekuatan Jusuf Kalla dan keluarga cendana yang sepertinya mendukung Ade Komarudin untuk menduduki posisi sebagi ketua umum partai Golkar belrum mampu mempengaruhi membawa Ade komarudin menduduki posisi ketua umum partai berlambang pohon beringin itu.

Karir politik Setya Novanto cukup terseok-seok ketika beliau menjadi Ketua DPR RI. Kala itu, skandal kasus 'papa minta saham' cukup menyedot perhatian publik. hal tersebut menjadi trending tropic yang cukup panas dan membuat Setya Novanto harus menerima kenyataan kasusnya disidangkan didalam Mahkamah Kehormatan Dewan. Reaksi masyarakat yang cukup hebat sangat menudutkan partai Golkar dan Setya novanto itu sendiri kala itu. Setelah melalui dinamika yang cukup panjang sebelum keluar hasil dari persidangan Mahkamah kehormatan Dewan, Setya Novanto menyatakan mengundurkan diri dari posisinya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Praktis kasus yang berjalan dalam Mahkamah Kehormatan Dewan DPR RI terhenti karena Novanto telah mengundurkan diri.

Skandal kasus tersebut salah satu hal yang dikhawatirkan dari sosok Setya Novanto, walaupun sebenarnya Setya Novanto merupakan politikus yang senior dari partai Golkar. Beberapa pihak dalam proses kampanye dan pemilihan ketum golkar kerap menjadikan skandal tersebut sebagai bahan untuk menyerang Novanto. Namun hal itu pula cepat diredam oleh timses Novanto itu sendiri.

Dalam tubuh partai Golkar pula, isu yang cukup menyeruak bahwa setiap suara untuk salah satu calon berharga miliaran rupiah. Cukup fantastis katakanlah jika satu suara dibayar 1 miliar dikali misal 200 suara sudah mencapai 200 miliar. Tentu ini merupakan hal yang sangat buruk jika benar bernar terjadi bukan saja bagi Golkar tapi bagi demokrasi di Indonesia itu sendiri. Memang sistem demokrasi liberal yang berlaku saat ini membuat orang-orang yang mempunyai cukup uang/modal yang bisa mendapatkan posisi. Ongkos politik yang besar membuat politisi-politisi berkualitas namun tidak mempunyai modal cukup besar tidak mampu bersaing melawan saudagar-saudagar yang mempunyai modal besar. Tidak heran memang isu 'uang' dalam proses pemilihan ketum partai-partai politik di Indonesia kerap terdengar.

Setelah Golkar melahirkan Setya Novanto sebagai ketua umum maka tantangan selanjutnya bagaimana membuat Golkar kembali berjaya untuk mengarungi dunia perpolitikan negeri ini. Golkar merupakan partai besar warisan dari orde baru, yang kala itu merupakan golongan yang cukup kuat dan sangat berpengaruh. Tiga tahun lagi Golkar akan menghadapi pemilihan umum sekaligus pemilihan Presiden Republik Indonesia. Pada saat itulah keppemimpinan Setya Novanto diuji. Apakah dia bisa melebihi apa yang ketum sebelumnya peroleh atau malah Golkar akan merosot dibawah kepemimpinan Setya novanto. Beredar kabar dalam pilpres mendatang Golkar akan mengusung Jokowi sebagai Capres seperti yang dilansir oleh detik.com. Cukup menarik dan mengejutkan apabila benar terjadi seperti itu. Selama ini setelah reformasi memang Golkar belum bisa memenangkan kadernya menjadi Presiden Republik Indonesia. Memang sudah saatnya menyiapkan calon untuk pilpres mendatang. Namun pertanyaannya apakah haru Jokowi? penulis pribadi meniali Golkar merupakan partai yang cukup matang dan sangat senior. Pasti Golkar mempunyai formula dan potensi yang sangat besar dari akdernya itu sendiri. Namun apakah kondisi ini merupakan keputusasaan Golkar karena sejak reformasi golkar tidak mempu mengantarkan kadernya menjadi Presiden Republik Indonesia.

Sudah saatnya Golkar dibawah kepemimpinan Novanto berbenah setelah konflik yang cukup panjang melanda partai berlambang beringin ini. 1,5 tahun merupakan waktu yang sangat lama untuk sebuah konflik partai politik. Munaslub di Bali merupakan proses rekonsiliasi yang harus dimanfaatkan sebagik mungkin. Ditengah beberapa ketidak percayaan beberapa pihak kepada Novanto untuk memimpin Golkar, Novanto harus bisa meyakinkan dan mengembalikan kejayaan Partai Golkar. Jangan biarkan tradisi-tradisi buruk yang selama ini terjadi yang merugikan partai terus terjadi. Novanto harus bisa menjawab tantangan, jangan sampai Golkar yang dulu selalu berjaya menjadi sebuah sejarah yang terukir dalam buku sejarah partai politik Indonesia.


Penulis,
Ergi Fathurachman
Direktur Erginesia Institute dan Pemerhati Politik Nasional

*) tulisan ini merupakan opini pribadi penulis tidak memihak kepada salah satu pihak.

Monday 16 May 2016

Sanksi FIFA dicabut, sepak bola Indonesia mau kemana?

Setelah hampir satu tahun dunia sepak bola Indonesia mengalami mati suri karena diberikan sanksi oleh federasi sepak bola tertinggi dunia FIFA, akhirnya sanksi tersebut telah dicabut dalam kongres FIFA yang dilaksanakan di Mexico city 12-13 mei kemarin. Sontak hal ini sambut penuh suka cita oleh seluruh elemen pencita sepak bola tanah air. FIFA menjatuhkan sanksi terhadap sepakbola Indonesia dikarenakan mereka menganggap telah terjadinya intervensi pemerintah Indonesia terhadap federasi sepakbola nasional (PSSI) dengan memberikan pembekuan terhadap induk organisasi sepakbola tanah air tersebut. FIFA dalam hal ini sangat memberikan perhatian yang cukup serius terhadap intervensi pemerintah. FIFA sangat menolak dan melarang dengan tergas setiap bentuk intervensi pemerintah terhadap federasi nasional.

Selama kurun waktu satu tahun dibekukannya sepakbola Indonesia, denyut kompetisi di negeri ini harus terputus. Indonesia super league (ISL) yang musing 2015 telah digulirkan memasuki pekan ke 3, harus dihentikan dengan alasan force mejeure dikarenakan tidak diberikannya izin pelaksanaan baik oleh BOPI maupun POLRI dalam perihal keamanan. Tentu ini memunculkan reaksi yang cukup dahsyat dari insan pecinta sepakbola tanah air. Pro dan kontra terjadi, disatu sisi beberapa elemen menyatakan apa yang dilakukan oleh KEMENPORA terhadap PSSI itu sudah benar, mereka menuntut untuk perbaikan tata kelola sepak bola nasional. Namun, dilain pihak juga memberikan penilaian bahwa apa yang dicita-citakan oleh Menpora untuk mereformasi tata kelola sepakbola itu baik, namun dengan cara yang kurang tepat.

Di Indonesia pagelaran kompetisi sepak bola nasional bisa dikatakan memberikan efek yang luar biasa, tidak hanya kepada pelaku sepak bola itu sendiri namun kepada seluruh pihak yang menggantungkan hidupnya dalam sepak bola. Dalam kondisi sulit ditengah sanksi FIFA tentu sepakbola Indonesia dipinggirkan dari dunia sepak bola internasional. Beberapa event FIFA tidak bisa diikuti oleh sepak bola Indonesia termasuk Persipura Jayapura yang kala itu sengang melakoni piala AFC harus merelakan didepak karena situasi sepakbola nasional sedang berada dalam hukuman FIFA. Pemerintah dalam hal ini sebagai pihak yang dituntut untuk bertanggung jawab memutar otak untuk mengembalikan gairah industri sepakbola nasional.

Beberapa turnamen berskala nasional digelar, untuk mengisi kekosongan selama sanksi FIFA. Dimulai dari piala kemerdekaan, piala presidan, piala jenderal soedirman sampai piala bhayangkara. Yang dalam turnamen tersebut melahirkan idola baru, munculnya klub dari TNI yang bermain sangat baik dalam gelaran piala Jendral Soedirman melahirkan idola baru dalam dunia sepakbola indonesia, walaupun tim tersebut masih dalam katogi amatir.

Terlepas dari turnamen-turnamen yang digulirkan, proses hukum juga dijalani oleh pihak yang berseteru. Kali ini adalah PSSI dan Kemenpora RI. Dengan dikeluarkannya surat pembekuan oleh Kemenpora RI praktis seluruh aktifitas PSSI tidak diakui keberadaannya. PSSI melayangkan gugatan terhadap Pengadilan Tata Usaha Negara untuk mencabut SK Pembekuan PSSI. Proses hukum dipengadilan pertada ini cukupp alot dan cukup menarik untuk diikuti. Pada gugatan pertama, PTUN mengabulkan gugatan PSSI sehingga meminta Kemepora untuk mencabut SK Pembekuan. Namun, semua tidak berakhir sampai disana Kemenpora melakukan banding ke tingkat pengadilan yang lebih tinggi namun sampai di tingkat Mahkamah Agung (MA) Kemenpora harus merelakan bahwa banding nya tidak diterima atau dengan kata lain ditolak, mereka harus mencabut SK Pembekuan PSSI.

Menarik jika kita melihat proses hukum yang berjalan, negara dalam hal ini yang diwakilkan oleh Kemenpora kalak telak bahkan sampai 3-0 semua tingkat pengadilan. Apakah ada proses yang salah dalam penerbitan SK pembekuan PSSI oleh Kemenpora RI? Entahlah, namun jika diamati memang terjadi hal yang salah terkait pembekuan PSSI. Jika ada pepatah "jangan bakar lumbungnya, namun bakarlah tikus-tikusnya" ini cukup tepat mewakili kondisi yang terjadi antara PSSI dan kemenpora. Dalam hal ini penulis mengakui bahwa kondisi sepakbola Indonesia itu tidak berada dalam kondisi sehat, banyak sekali persoalan yang terjadi dalam dunia sepakbola nasional.

Banyak sekali isu yang terlempar terhadap dunia sepakbola nasional mulai dari match fixing, penunggakan gaji pemain, sampai ada pemain impor yang terlantar hidupnya karena klubnya tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap pemain tersebut. Harus ada sebuah langkah yang komprehensive untuk menyelamatkan sepakbola nasional. Sinergi antara pemerintah dan induk sepakbola tertinggi nasional tentu merupakan hal yang sangat mutlak, jangan menyerang satu sama lain. Seluruh elemen sepak bola indonesia harus bahu membahu untuk membangun sepak bola indonesia, menjadi sebuah industri yang menjanikan di negeri ini.  Setiap kesalahan itu pasti terjadi, jika ada oknum-oknum nakal yang merusak sepak bola nasional sudah sepatutnya oknum tersebut diringkus, ditangkap dan dikeluarkan dari sepak bola nasional karena itu cukup merusak kondisi sepakbola nasional.

Sekarang denyut seak bola Indonesia kembali bergairah setelah sanksi FIFA terhadap Indonesia dicabut. PSSI dalam hal ini harus mengikuti kehendak insan sepakbola Indonesia untuk melahirkan kompetisi yang sehat. Kompetisi yang bukan hanya ajang formalitas tanpa mengabaikan aspek-aspek yang harus dipenuhi dalams sebuah kompetisi. Kompetisi yang bertajuk ISC A dan B sudah digelar dan memasuki pekan ke 3, terpancar optimisme akan bangkitnya sepakbola nasional, terlepas dari segala kritik yang terjadi terhadap operator kompetisis ISC A dan B. Insan sepak bola tanah air sudah cukup lelah melihat prahara konflik selama satu tahun silam. Mereka menginginkan prestasi dan tontonan yang sangat menghibur. Janganlah kepercayaan yang diberikan oleh FIFA ini disia-siakan. Semoga sepak bola Indonesia berada dalam kejayaan!


Penulis,
Ergi Fathurachman
Direktur Erginesia Institute sekaligus pecinta sepakbola nasional.



*) tulisan ini merupakan opini pribadi penulis tidak memihak kepada salah satu pihak.


Sunday 15 May 2016

IPIREL 2012 FAREWELL PARTY : MY DEDICATION


A week ago on Monday, students of IPIREL batch 2012 had successful held an farewell party. An event that dedicated for us before we separated one each other. Actually, this event was not scheduled or annual event, it's new for us. Impossible, that the word that raised when that idea appear. Maybe some persons will ask why the title likes that. What that it's mean?

Actually this event conducts because cooperation from the committee, there's no superman but only super team. The idea of this event started when I was get hangout at cafe in Yogyakarta. At that time me, Linggar and Kanjeng got the serious discussion regarding this idea. We agreed brought this idea to our friends. We agreed to hold a meeting with our friend to talking this idea, we schedule it. While we already scheduled it, but suddenly I forgot something, I have to go to Jakarta a day before that meeting. But no problem show must go on. It has to continue with or without me.

A dedication, yes this is dedication for me I don't know the other. The purpose of this event firstly is to make unity and solidarity of IPIREL 2012. I have a mission in the future we'll have the relations as alumni with strong relation. This is important, creates an alumni network is our infestation for the future. That’s the one goal from this event. Because of that brilliant goal, I did with my high dedication for this event. In this event I am sitting in the important committee as the conceiver division. An important division or soul of the event. Actually, I was little bit late joined with the committee because I've been long in Jakarta.

But no problem, I was catch up the time, I read the concept that already designed by my partner in my division. I read and learn that concept and give my perspective toward that concept. Actually, in the beginning they planned to hold this event in a cafe, but after the promotion released was not get the best feedback. I had serious conversation with the time, and planned another plan. We agreed our event moved to hotel. I proposed Aston hotel because we can get the special deal with them. And we did survey. Yeah Alhamdulillah we get the special deal and decided to held that event to Hotel Grand Aston Yogyakarta.

Everything I planned as serious started with the system of promotion, ticketing and how to get the participant. Half of my time dedicates for this event. Dedication is the key for a success of event. Up and down sometimes happened during the preparation. That's dynamic is the common thing when we held and event. We could not avoid it.

And finally the day comes, after several months’ preparation God pay me cash. The event running successfully. The participant enjoyed the night with several performances, delicious food, and luxury red carpet such as red carpet Grammy award. Yeah, I am so glad at that time, what I’ve prepared could run well. The entire participant satisfied with the services.

Munaslub Golkar, Akankah Golkar kembali pecah?

Foto Munaslub Partai Golkar (sumer:detik.com)
Setelah dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo pada hari Sabtu, 15 Mei 2016, Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) Partai Golkar resmi digelar di Nusa Dua Convention Center, Bali. Munaslub kali ini, sangat menyedot perhatian yang cukup besar, mengingat partai Golkar telah dilanda perpecahan selama lebih dari setahun yang menghasilkan 2 kubu Munas, yaitu kubu Munas Ancol yang dipimpin oleh Agung Laksono dan kubu Munas Bali yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie.

Pada Munaslub kali ini, beberapa nama besar elit partai Golkar akan bertarung memperebutkan kursi ketua umum partai Golkar. Ada 8 calon yang bakan memperebutkan kursi ketua umum Golkar pada ajang Munaslub kali ini, diantaranya adalah Ade Komarudin, Airlangga Hartartyo, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Indra Bambang Utoyo, Syahrul Yasin Limpo dan Setya Novanto. Sangat menarik dimana ada 2 nama besar, Setya Novanto sang mantan ketua DPR RI yang berhenti akibat skandal 'Papa minta saham' yang akan melawan Ketua DPR RI penggantinya, yaitu Ade Komarudin.

Cukup menarik melihat komposisi calon ketua umum partai Golkar yang akan berlaga pada Munaslub tahun ini. Banyak pihak berharap ketua umum yang akan dihasilkan nanti bisa membawa perubahan pada partai Golkar, membawa semangat persatuan dan mengembalikan kejayaan partai Golkar. Namun ditengah-tengah Munaslub, menyeruak isu yang sangat 'panas', yakni pemilihan ketua umum partai Golkar digelar secara terbuka. Beberapa calon ketua umum, langsung menyatakan keberatan dan ketidaksetujuan dengan isu tersebut, bahkan seperti yang dilansir oleh detik.com tujuh caketum Golkar bersatu menolak voting terbuka. Ketujuh caketum yakni Ade Komarudin, Airlangga Hartartyo, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Indra Bambang Utoyo dan Syahrul Yasin Limpo dengan sepakat menolak pemilhan secara terbuka serta mereka siap untuk melawan sampai titik darah penghabisan. Hanya menyisakan Setya Novanto seorang yang setuju atau tidak menyatakan perlawanannya terhadap wacana pemilihan secara terbuka.

Tentu kondisi tersebut cukup disesalkan, apabila voting benar-benar terjadi akankah Golkar sebuah partai besar yang pada pemilu 2014 lalu keluar sebagai runner up, hanya akan menjadi sejarah pada masa yang akan datang? Entahlah, biarkan waktu yang akan menjawab misteri ini.