ERGINESIA SHARING EVERYTHING, LEARN EVERYTHING

Keep with us to increase our knowledge and understanding.

VISIT US

Keep visit www.erginesia.blogspot.com

Friday 1 December 2017

Kuliah di MM UGM



Tidak terasa sudah berada di penghujung semester 1, semenjak aku memulai untuk melanjutkan studi di salah satu sekolah bisnis di Indonesia. Aku masuk MM UGM pada bulan Januari 2017. Lho kok baru masu selsesai semester 1 sekarang? Tunggu dulu. Jadi di MM UGM itu sebelum memasuki perkuliahan semester 1, bagi yang berlatar belakang bukan dari pendidikan ekonomi wajib mengikuti program pra-MBA. Pra-MBA itu simpelnya martikulasi yang dilaksanakan selama satu semester. 

Dalam martikulasi tersebut sebenarnya sudah kayak kuliah biasa, ada UTS dan UAS. Selain itu pula mahasiswa pra-MBA sudah bisa mengikuti kegiatan-kegaiatan non akademik seperti klub peminatan atau student association. Cuman kebetulan aku gakterlalu aktif dalam kegaitan ekstra kampus. Di dalam program martikulasi ada empat mata kuliah yang wajib di tempuh dan kita harus lulus ke empat mata kuliah tersebut, kalau tidak kita tidak bisa melanjutkan studi ke semester selanjutnya.
Ketika memulai perkuliahan di program Pra MBA perbedaan cukup terasa karena memang sebelumnya aku berasal dari ilmu hubungan internasional yang cukup jauh rumpun ilmunya. Selama empat tahun ketika belajar HI tidak pernah mengalami memegang kalkulator scientific dan ketika kuliah di MM UGM mulai menggunakan alat itu lagi. Perkualiahan di Pra-MBA sudah cukup padat dengan assignment, presentation dan lain sebagainya. Ditambah kebanyakan tugas di lakukan secara berkelompok didesain untuk menciptakan teamwork yang baik antar mahasiswa. Oiya di MM UGM sangat ketat dalam hal berbusana pada saat kegaiatan perkuliahan, semua wajib menggunakan formal attire lengkap dengan dasi pagi pria. 

Pada semester 1 ini perkuliahan lebih padat lagi. Banyak kegaiatan akademik dan non akademik yang harus dilaksanakan. Dengan enam mata kuliah wajib rasanya sudah cukup berat. Assignment, presentation, LEAP harus dilalui dengan oleh mahasiswa. Standar kualitas mutu yang cukup tinggi membuat mahasiswa ditempa dengan sisksaan akademik yang cukup berat. Ditambah lagi MM UGM merupakan the first and the only accredited business school by AACSB in Indonesia. Jadi memang perkuliahannya pun sangat berkualitas. 

Selain itu buku text yang digunakan juga merupakan buku yang berbahasa Inggris yang didatangkan langsung dari penerbit internasional. Oh iya menggunakan buku bajakan / hasil foto copy merupakan hal yang sangat dilarang di MM UGM. Mahasiswa diwajibkan menggunakan buku text asli, yang harganya cukup mahal. Namun itu semua dilakukan untuk kualitas pembelajaran demi menghasilkan pemimpin bisnis yang transformational. Nah dibawah ini aku tunjukin beberapa foto kegiatanku pada saat kuliah di MM UGM.



Foto bersama pada pertemuan terakhir kuliah leadership communication

Foto bersama pada pertemuan terakhir kuliah Business Ethics

Foto bersama pada pertemuan terakhir kuliah Technology and Operations Management

Foto bersama pada pertemuan terakhir kuliah Financial Management

Foto bersama marketing project pada presentasi final kuliah Marketing Management


 
 Nantikan ulasan selanjutnya pada postingan berikutnya...

Friday 21 July 2017

Setelah Sarjana...

30 Juli 2016, sebuah inagurasi didalam ruangan megah dikampusku, orang-orang berjubah hitam berkumpul mengikuti perayaan untuk mempurnakan statusnya sebagai mahasiswa yang selama ini bersanding diatas pundaknya. Raut bahagia terpancar dari benak setiap orang bertoga, begitu pula dengan keluarga yang mengiring ‘pesta’ tersebut. Begitu pula dengan aku, keluargaku pun menyambut dengan gembira diluar, siapa yang tidak bangga seorang anak yang tumbuh besar, sekarang sudah berhasil menyandang gelar akademik diujung namanya. 

Lalu apakah itu sebuah akhir? Tidak. Euforia kebahagiaan hanya bertahan sekejap, selanjutnya tantangan dikehidupan nyata menyambut dengan tantangan terbuka. Gelar akademik yang disandang, dipandang sebagian orang bisa memberikan dengan mudah pekerjaan yang diidamkan, nyatanya? Tidak. Gelar yang disandang bukan sebuah jalan pintas untuk sebuah pintu yang dinamakan kesuksesan. Tantangan rintangan silih bergantian menghampiri setiap insan yang ingin sampai kepada pintu kesuksesan. Lalu apa yang aku lalukan setelah seremoni yang begitu meriah itu? 

Sebelum merencanakan kelulusan, aku sudah mempunyai rencana untuk hidup kedepan. Sarjana Hubungan Internasional yang aku sandang, belum cukup bagiku, untuk menggapai pintu kesuksesan yang digenggam oleh tangan ini. Aku masih membutuhkan ilmu yang bisa merealisasikan semua khayalan yang ada dalam benakku. Lalu apa khayalan yang ada didalam benak pikiranku? Saya selalu bercerita kepada kawan, sahabat, keluarga, handai taulan “aku ingin bekerja dimulai dari tempat tidurku”. Apa maksudnya, saya ingin berwirausaha, menjadi saudagar yang mandiri dan merdeka. Idealis betul memang, begitu sebagian orang yang memandang. Ya, betul sangat idealis tidak realistis menghadapi zaman
.
Lantas setelah itu apa yang aku lakukan? Aku memohon restu bapak dan ibu untuk melanjutkan pendidikan disalah satu sekolah bisnis yang ada di negeri ini. Apakah modal ilmu cukup untuk mencapai semua itu? Tidak juga! Perlu pengalaman yang luas bagai samudera diselatan sana. Menjadi saudagar merupakan hal yang baik, seperti pesan Rasul dalam agama yang ku anut, Sembilan dari sepuluh pintu rejeki berasal dari berdagang. Presiden Negeri ini juga menyampaikan, Negeri ini butuh 5,8 Juta saudagar muda baru. Apakah tidak mau menjadi bagian dari 5,8 juta itu?