Sunday 15 May 2016

Munaslub Golkar, Akankah Golkar kembali pecah?

Foto Munaslub Partai Golkar (sumer:detik.com)
Setelah dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo pada hari Sabtu, 15 Mei 2016, Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB) Partai Golkar resmi digelar di Nusa Dua Convention Center, Bali. Munaslub kali ini, sangat menyedot perhatian yang cukup besar, mengingat partai Golkar telah dilanda perpecahan selama lebih dari setahun yang menghasilkan 2 kubu Munas, yaitu kubu Munas Ancol yang dipimpin oleh Agung Laksono dan kubu Munas Bali yang dipimpin oleh Aburizal Bakrie.

Pada Munaslub kali ini, beberapa nama besar elit partai Golkar akan bertarung memperebutkan kursi ketua umum partai Golkar. Ada 8 calon yang bakan memperebutkan kursi ketua umum Golkar pada ajang Munaslub kali ini, diantaranya adalah Ade Komarudin, Airlangga Hartartyo, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Indra Bambang Utoyo, Syahrul Yasin Limpo dan Setya Novanto. Sangat menarik dimana ada 2 nama besar, Setya Novanto sang mantan ketua DPR RI yang berhenti akibat skandal 'Papa minta saham' yang akan melawan Ketua DPR RI penggantinya, yaitu Ade Komarudin.

Cukup menarik melihat komposisi calon ketua umum partai Golkar yang akan berlaga pada Munaslub tahun ini. Banyak pihak berharap ketua umum yang akan dihasilkan nanti bisa membawa perubahan pada partai Golkar, membawa semangat persatuan dan mengembalikan kejayaan partai Golkar. Namun ditengah-tengah Munaslub, menyeruak isu yang sangat 'panas', yakni pemilihan ketua umum partai Golkar digelar secara terbuka. Beberapa calon ketua umum, langsung menyatakan keberatan dan ketidaksetujuan dengan isu tersebut, bahkan seperti yang dilansir oleh detik.com tujuh caketum Golkar bersatu menolak voting terbuka. Ketujuh caketum yakni Ade Komarudin, Airlangga Hartartyo, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Indra Bambang Utoyo dan Syahrul Yasin Limpo dengan sepakat menolak pemilhan secara terbuka serta mereka siap untuk melawan sampai titik darah penghabisan. Hanya menyisakan Setya Novanto seorang yang setuju atau tidak menyatakan perlawanannya terhadap wacana pemilihan secara terbuka.

Tentu kondisi tersebut cukup disesalkan, apabila voting benar-benar terjadi akankah Golkar sebuah partai besar yang pada pemilu 2014 lalu keluar sebagai runner up, hanya akan menjadi sejarah pada masa yang akan datang? Entahlah, biarkan waktu yang akan menjawab misteri ini.

1 comment: