Friday 21 July 2017

Setelah Sarjana...

30 Juli 2016, sebuah inagurasi didalam ruangan megah dikampusku, orang-orang berjubah hitam berkumpul mengikuti perayaan untuk mempurnakan statusnya sebagai mahasiswa yang selama ini bersanding diatas pundaknya. Raut bahagia terpancar dari benak setiap orang bertoga, begitu pula dengan keluarga yang mengiring ‘pesta’ tersebut. Begitu pula dengan aku, keluargaku pun menyambut dengan gembira diluar, siapa yang tidak bangga seorang anak yang tumbuh besar, sekarang sudah berhasil menyandang gelar akademik diujung namanya. 

Lalu apakah itu sebuah akhir? Tidak. Euforia kebahagiaan hanya bertahan sekejap, selanjutnya tantangan dikehidupan nyata menyambut dengan tantangan terbuka. Gelar akademik yang disandang, dipandang sebagian orang bisa memberikan dengan mudah pekerjaan yang diidamkan, nyatanya? Tidak. Gelar yang disandang bukan sebuah jalan pintas untuk sebuah pintu yang dinamakan kesuksesan. Tantangan rintangan silih bergantian menghampiri setiap insan yang ingin sampai kepada pintu kesuksesan. Lalu apa yang aku lalukan setelah seremoni yang begitu meriah itu? 

Sebelum merencanakan kelulusan, aku sudah mempunyai rencana untuk hidup kedepan. Sarjana Hubungan Internasional yang aku sandang, belum cukup bagiku, untuk menggapai pintu kesuksesan yang digenggam oleh tangan ini. Aku masih membutuhkan ilmu yang bisa merealisasikan semua khayalan yang ada dalam benakku. Lalu apa khayalan yang ada didalam benak pikiranku? Saya selalu bercerita kepada kawan, sahabat, keluarga, handai taulan “aku ingin bekerja dimulai dari tempat tidurku”. Apa maksudnya, saya ingin berwirausaha, menjadi saudagar yang mandiri dan merdeka. Idealis betul memang, begitu sebagian orang yang memandang. Ya, betul sangat idealis tidak realistis menghadapi zaman
.
Lantas setelah itu apa yang aku lakukan? Aku memohon restu bapak dan ibu untuk melanjutkan pendidikan disalah satu sekolah bisnis yang ada di negeri ini. Apakah modal ilmu cukup untuk mencapai semua itu? Tidak juga! Perlu pengalaman yang luas bagai samudera diselatan sana. Menjadi saudagar merupakan hal yang baik, seperti pesan Rasul dalam agama yang ku anut, Sembilan dari sepuluh pintu rejeki berasal dari berdagang. Presiden Negeri ini juga menyampaikan, Negeri ini butuh 5,8 Juta saudagar muda baru. Apakah tidak mau menjadi bagian dari 5,8 juta itu?

0 comments:

Post a Comment